Translate

Thursday, 13 December 2012

Tips Cara Memaafkan...

Kisah ini dimulai ketika ada seekor ular yang membuat lubang untuk tempat tinggalnya di dekat teras rumah salah satu penduduk setempat, yang kemudian menggigit anak bayi pemilik rumah dan mengakibatkan luka sangat fatal yang berujung kematian. Si pria yang tengah berduka atas kehilangannya ini, memutuskan untuk membunuh ular itu.
Keesokan harinya pria ini menunggu di dekat lubang, hingga ketika ular
tersebut keluar untuk mencari makanan, dia segera mengayunkan kapak mencoba memotong tubuh ular. Namun karena terlalu tergesa-gesa dia pun meleset, dia hanya memotong ujung ekornya dan bukan kepalanya.
Setelah beberapa saat berlalu, pria ini mulai khawatir, dia takut apabila ular ini akan balik menggigitnya pula, dan demi berusaha untuk mendamaikan keadaan dia pun meletakkan roti dan garam di lubang ular itu.
Melihat hal ini, ular tersebut berkata: "Mulai sekarang takkan bisa ada perdamaian antara kita; karena disaat aku melihatmu, aku akan teringat tentang ekorku yang putus, dan sementara saat engkau melihatku, kamu akan berpikir tentang kematian anakmu."
***

Dari dongeng di atas menyiratkan bagaimana ketika kita dilukai oleh seseorang, kita takkan pernah bisa benar-benar melupakan luka itu ketika berhadapan lagi dengannya. Apakah hal ini benar? Bisa yah... Bisa tidak... Semuanya balik lagi ke pribadi masing-masing, apakah kita seseorang yang berhati besar atau justru seorang pendendam. Dan dalam beberapa kasus, mudah atau tidaknya ini tergantung pula seberapa besar orang itu telah menyakiti kita. Namun terlepas dari hal itu, saya akan mencoba untuk memberikan beberapa tips bagaimana caranya untuk memaafkan orang lain. Karena asal anda tahu saja, memaafkan orang lain itu besar juga pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa kita.

Forgive the act... Forgive the person...
Untuk memaafkan seseorang itu berarti kita harus benar-benar melepaskan setiap rasa kebencian kita terhadapnya. Ingat, memaafkan perbuatan seseorang terhadap kita dan memaafkan si pelaku perbuatan itu adalah dua hal yang berbeda. Walau tak pernah kita sadari seringkali kita memaafkan perbuatan dia, namun disudut hati terkecil, kita justru belum memaafkan orang yang berbuat salah ini, atau justru sebaliknya. Disinilah masalah awal yang harus kita tuntaskan.
Jika satu saat orang ini datang untuk meminta maaf, janganlah terburu-buru mengambil keputusan. Katakan padanya bahwa anda membutuhkan waktu untuk berpikir. Memikirkan tentang seberapa besar anda telah terluka akibat perbuatannya. Tahu tidak, terkadang ada beberapa dari kita yang bersikap munafik pada diri sendiri, mencoba membohongi diri bahwa kita baik-baik saja, kita tidak terluka, everything is fine. Jangan lakukan itu! Cobalah jujur pada diri sendiri. Terimalah bahwa anda telah dilukai. Oleh siapa, seberapa besar dan bagaimana dia telah menyakiti anda, renungkanlah semua.
Dan setelahnya anda bisa mengambil langkah selanjutnya, yaitu mencoba memahami dia yang telah menyakiti anda. Semua manusia saat baru pertama kali terlahir di dunia ini, tak ada satupun yang memiliki keinginan untuk menyakiti orang lain, baik itu secara fisik maupun batin. Jadi apa yang terjadi bertahun-tahun kemudian ketika dia mulai menyakiti orang lain? Mungkin itu akibat luka yang juga pernah dialaminya. Yang kemudian melampiaskan rasa sakitnya dengan menyakiti orang lain lagi, dan itu adalah merupakan pilihan yang salah. Jadi apakah anda akan membiarkan diri anda menyimpan dendam seperti itu dan mengambil tindakan yang sama?
Sedikit berbagi pengalaman, dalam hidup saya juga menemui banyak orang dan hal-hal yang membuat saya merasa sedih. Tak dipelak, saya terkadang melampiaskannya dengan menangis. Namun dalam tangis itu saya sering diam-diam berdoa sama Tuhan, agar dia dibukakan matanya atas perbuatan yang sudah dia lakukan. Saya berdoa begini sebenarnya bukan cuman untuk dia saja, tapi juga terlebih untuk menenangkan diri serta memberikan saya kekuatan, dan tak jarang dalam doa itu saya justru diingatkan bahwa ada satu saat dimana saya pun telah berbuat salah dan menyakiti orang lain. Dalam pikirku, setiap manusia tidak ada yang sempurna, tidak ada orang yang tidak pernah berbuat salah.
Oleh karena itu saya memilih untuk memaafkan, kenapa? Karena bila kita tidak memaafkan, kita justru hanya berpaling dari suatu masalah. Dan seumur hidup kita tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari masalah itu. Namun saat kita benar-benar memaafkan, kita akan kembali melangkah maju.

Face to face...
Pada akhirnya setelah anda merasa cukup siap untuk berhadapan dengannya. Maka ajaklah dia untuk bertemu, ajaklah dia untuk membahas apa yang telah terjadi. Oh iya, tidak selamanya pihak yang bersalah yang harus membuka jalan . Kita sebagai korban jika memiliki hati yang besar, tak ada salahnya memulai percakapan. Jangan menunggu seseorang meminta maaf terlebih dahulu baru anda mengambil aksi, karena tidak selamanya orang yang bersalah itu akan mengucapkan kata maaf, mungkin karena dia memang tidak menyadari kesalahannya atau bisa juga karena dia merasa segan untuk bertemu dengan anda setelah apa yang dia perbuat terhadap anda. Disinilah kita harus berperan lebih jauh. Jadi jika anda memang telah merasa siap, hubungilah dia.

Take things slowly...
Persoalan memaafkan, bukanlah sesuatu yang bisa diselesaikan dalam satu waktu saja. Ibaratnya seperti lapisan pada bawang, tiap kali kita mengupasnya, akan memberikan kita rasa pedih, marah, namun kita terus saja mengupasnya. Sama halnya dengan memberi maaf ini yang harus terus kita dengungkan dalam hati dan pikiran kita berulang-ulang untuk mengikis rasa benci dan amarah, meskipun pedih, meskipun pahit. Namun perlahan-lahan saat lapisan-lapisan itu mulai menipis, proses ini akan menjadi lebih mudah.

No comments:

Post a Comment